كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ

Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar iman). (Surah Ali `Imran: 110)

Saturday, October 18, 2014

Penghancur Agama



Hancurnya agama Anda, kata Syaikh Abdul Qadir Jailani, adalah karena 4 hal: (1) Anda tidak mengamalkan apa yang Anda ketahui; (2) Anda mengamalkan apa yang Anda tidak ketahui; (3) Anda tidak mencari tahu apa yang Anda tidak ketahui; (4) Anda menolak orang yang mengajari Anda apa yang tidak Anda ketahui (Jailani, Al-Fath ar-Rabbani wa Faydh ar-Rahmani, hlm. 43.Beirut: 1998).

1. Tidak mengamalkan apa yang diketahui.

Allah Swt. telah mencela orang yang banyak tahu agama, bahkan banyak ngomong masalah agama, tetapi tidak melaksanakan apa yang dia ketahui dan sering dia diomongkan: Sungguh besar kebencian Allah karena kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan (TQS ash-Shaff [61]: 3).

Lebih dari itu, banyak tahu agama tetapi tidak mengamalkannya adalah sia-sia. Sebabnya, Allah Swt. menilai seseorang bukan dari ilmunya (yang banyak), tetapi dari amalnya: (Dialah Allah) Yang menciptakan kematian dan kehidupan dalam rangka menguji manusia, siapa yang terbaik amalnya(TQS al-Mulk [67]: 2).

Dalam ayat ini, Allah menggunakan frasa ahsanu-’amala (amal terbaik), bukan aktsaru-’ilma (ilmu terbanyak). Maknanya, sebagaimana kata Nabi saw., “Selalu waspada (wara’) terhadap larangan-larangan Allah dan senantiasa bersegera menjalankan ketaatan kepada-Nya.” (Al-Qurthubi,Tafsir al-Qurthubi, XVIII/207).

Karena itu, sangat disayangkan jika orang banyak tahu agama tetapi sedikit mengamalkan agamanya. Misal: Masih banyak Muslim yang tahu bahwa shalat, shaum dan zakat itu wajib, namun mereka tidak melaksanakannya. Banyak Muslimah yang tahu menutup aurat/berjilbab itu wajib, tetapi enggan melakukannya. Banyak pejabat, pegawai pemerintah, polisi, jaksa, hakim dll yang tahu suap dan korupsi itu haram/dosa, namun mereka tetap melakukannya. Banyak Muslim yang tahu bahwa menegakkan syariah Islam itu wajib, tetapi tidak berusaha memperjuangkannya, seolah-olah itu bukan urusannya. Banyak ulama yang tahu menegakkan Khilafah itu wajib. Mereka pun tahu kewajiban menegakkan Khilafah itu merupakan Ijmak Sahabat dan ijmak para ulama salafush-shalih. Namun, alih-alih berusaha menegakkannya, bahkan ada yang menganggap upaya tersebut tidak relevan untuk saat ini, ’memecah-belah’, ’mengancam’ NKRI, dll. Banyak tokoh kiai yang tahu bahwa riba itu haram tetapi tidak pernah mencegah Pemerintah yang nyata-nyata berutang ke luar negeri dengan bunga (riba) yang sangat ’mencekik’. Banyak pula aktivis dakwah yang tahu menjaga amanah dan memelihara akad itu wajib, tetapi sering melalaikan dan mengabaikannya.

2. Mengamalkan apa yang tidak diketahui.

Tidak sedikit orang yang awam agama melakukan banyak hal yang dia sendiri tidak tahu status hukumnya; apakah halal atau haram. Misal: Tidak sedikit Muslim berbisnis saham/valas, melakukan transaksi kredit barang lewat lembaga leasing seperti menjamur saat ini, terlibat dalam bisnis asuransi, menjadi staf keuangan bank berbasis riba, mengadu untung dalam kuis via sms, dll. Tidak sedikit Muslim/Muslimah yang memandang baik profesi sebagai artis (penyanyi, penari, pemain film/sinetron dll)—yang biasanya akrab dengan atraksi membuka aurat, berkhalwat dan ber-ikhtilat, serta ragam maksiat lainnya; bahkan mereka berlomba-lomba meraihnya. Tidak sedikit pula Muslim yang memandang mulia demokrasi dan HAM, mempraktikkannya, bahkan bangga menjadi pejuangnya. Semua itu mereka lakukan karena mungkin tidak tahu keharamannya. Padahal Rasulullah saw. telah bersabda (yang artinya), “Siapa saja yang mengerjakan suatu perbuatan yang tidak kami perintahkan, maka tertolak(haram, pen.).” (HR Muslim).

3. Tidak mencari tahu apa yang tidak diketahuinya.

Banyak Muslim/Muslimah yang sadar dirinya awam dalam agama, tetapi tidak terdorong untuk mempelajari dan mendalami agama (taffaquh fi ad-din). Mereka seolah enjoy dengan kebodohannya dalam agama. Tidak sedikit pula hal ini melanda para aktivis dakwah. Misal: tidak sedikit aktivis dakwah yang malas belajar bahasa Arab, padahal mereka tahu mempelajarinya sangat urgen dalam upaya memahami agama demi bekal dakwah mereka; bahkan mereka tahu di antara faktor kemunduran umat adalah karena diabaikannya bahasa Arab.

4. Menolak orang yang mengajari apa yang tidak diketahuinya.

Tidak sedikit Muslim yang—karena kesombongannya—menolak ketika orang lain mengajari (baca: mendakwahi)-nya. Padahal Rasulullah saw. telah bersabda (yang artinya), “Sombong itu menolak kebenaran.” (HR Muslim dan Abu Dawud).

Tidak sedikit pula yang enggan belajar kepada orang lain hanya karena orang lain itu lebih muda, karena lebih rendah tingkat pendidikan formalnya, karena dari kelompok/mazhab/harakah/partai yang berbeda, atau karena faktor-faktor lain.

******
Keempat hal di atas memang telah menghancurkan agama pada diri seorang Muslim ataupun di tengah-tengah masyarakat.

Akibatnya nyata: Hukum-hukum Allah dicampakkan dan dijauhkan. Hukum-hukum thaghut diterapkan dan dilestarikan. Kewajiban-kewajiban agama banyak ditinggalkan. Larangan-larangannya sering dilakukan dan bahkan jadi kebiasaan. Yang halal disembunyikan. Yang haram ditonjolkan. Yang sunnah enggan diamalkan. Yang bid’ah malah dibesar-besarkan. Adat menjadi ibadat. Ibadat bercampur dengan khurafat dan maksiat.

Demikianlah, akhirnya Islam sekadar sebutan; al-Quran sekadar jadi bacaan; as-Sunnah pun terlupakan.

Saat itu, sebagaimana isyarat Nabi saw., Islam kembali menjadi sesuatu yang asing, persis sebagaimana awal kedatangannya. Sabda Nabi saw. “Islam mulanya datang sebagai sesuatu yang asing dan nanti akan kembali dianggap asing. Berbahagialah orang-orang yang dipandang asing, yakni mereka yang selalu melakukan perbaikan-perbaikan di tengah-tengah masyarakat yang berlomba-lomba melakukan kerusakan-kerusakan.” (HR Ahmad).

Wama tawfiqi illa billah. [Arief B. Iskandar]

Friday, October 17, 2014

Ketika Remaja Berkorban



Sekarang bulan Dzulhijah kan, sobat? Nah, berarti ngomongin Lebaran Haji alias Idhul Adha alias idul qurban dan identik dengan korban kambing atau sapi. Kali ini kita bukan mau ngajakin sobat #SmartwitISLAM bakar-bakar sate kambing or sapi. Tapi buletin kesayanganmu ini mau ngajakin mengambil ibroh dari hari raya Idhul Adha, wa bil khusus pelajaran ‘berkorbannya’ Nabiyullah Ibrahim dan Ismail as. Yuk gak usah pake lama, cekidot!

Koq Jadi Korban?
Yup, sampe detik ini remaja remaji kita khususnya di negeri ini masih banyakan yang jadi “korban” ketimbang berkorban, maksudnya jadi korban jahatnya ide sekularisme kapitalisme. Mulai dari pemikiran sampe perilaku. Coba kita tengok data dan fakta terbaru remaja-remaji kita.
Kita mulai dari catatan Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI)tahun 2013 oleh United Nations Development Programme (UNDP)-PBB, Indonesia berada di posisi ke-108 dari 187 negara (detik.com). HDI adalah alat untuk mengukur kemajuan jangka panjang dari 3 dimensi utama dari pembangunan manusia yaitu hidup yang panjang dan sehat, akses untuk ilmu pengetahuan, dan standar kehidupan yang layak.

Monday, October 13, 2014

Pacaran dalam Islam



Gimana sich sebenernya pacaran itu, enak ngga' ya? Bahaya ngga' ya ? Apa bener pacaran itu harus kita lakukan kalo mo nyari pasangan hidup kita ? Apa memang bener ada pacaran yang Islami itu, dan bagaimana kita menyikapi hal itu?
Memiliki rasa cinta adalah fitrah
Ketika hati udah terkena panah asmara, terjangkit virus cinta, akibatnya...... dahsyat man...... yang diinget cuma si dia, pengen selalu berdua, akan makan inget si dia, waktu tidur mimpi si dia. Bahkan orang yang lagi fall in love itu rela ngorbanin apa aja demi cinta, rela ngelakuin apa aja demi cinta, semua dilakukan agar si dia tambah cinta. Sampe' akhirnya....... pacaran yuk. Cinta pun tambah terpupuk, hati penuh dengan bunga. Yang gawat lagi, karena pengen bukti'in cinta, bisa buat perut buncit (hamil). Karena cinta diputusin bisa minum baygon. Karena cinta ditolak .... dukun pun ikut bertindak.

Islam Kok Pacaran



Soal pacaran di zaman sekarang tampaknya menjadi gejala umum di kalangan kawula muda. Barangkali fenomena ini sebagai akibat dari pengaruh kisah-kisah percintaan dalam roman, novel, film dan syair lagu. Sehingga terkesan bahwa hidup di masa remaja memang harus ditaburi dengan bunga-bunga percintaan, kisah-kisah asmara, harus ada pasangan tetap sebagai tempat untuk bertukar cerita dan berbagi rasa.

Selama ini tempaknya belum ada pengertian baku tentang pacaran. Namun setidak-tidaknya di dalamnya akan ada suatu bentuk pergaulan antara laki-laki dan wanita tanpa nikah.

Kalau ditinjau lebih jauh sebenarnya pacaran menjadi bagian dari kultur Barat. Sebab biasanya masyarakat Barat mensahkan adanya fase-fase hubungan hetero seksual dalam kehidupan manusia sebelum menikah seperti puppy love (cinta monyet), datang (kencan), going steady (pacaran), dan engagement (tunangan).

Hukum Pacaran Menurut Islam



Islam agama yang sempurna telah mengatur segala seluk-beluk berkaitan dengan kehidupan manusia,Allah telah memberikan kepada setiap manusia kecendrungan untuk suka kepada lawan jenisnya,kecendrungan seorang laki-laki suka kepada wanita sebagai lawan jenisnya begitu pula sebaliknya,hal itu untuk mendukung serta menjadi penyebab berkembang biaknya anak manusia dan juga menjadi penyebab keberlangsungan kehidupan manusia di dunia ini,walaupun demikian Islam memberikan konsep yang sangat sempurna dan komplit terkait dengan pengaturan kecendrungan tersebut agar tidak menjadi penyebab terjadinya kerusakan serta madharat bagi kelangsungan hidup ummat manusia.

Islam Menganjurkan Nikah Bukan Pacaran
Kecendrungan yang kami sebut diatas apabila tidak diatur serta dimenej secara baik bisa dipastikan justru akan menyebabkan kekacauan serta kerusakan di muka bumi,betapa banyak kita mendengar dan membaca sebagian kaum perempuan yang telah dianggap sampah masyarakat karena pacaran yang akhirnya berujung petaka,bahkan dewasa ini masyarakat sudah mengetahui bahwa apabila seorang sudah mulai berpacaran itu tanda bahwa pergaulannya telah tercemar dan rusak.Islam menganjurkan ummatnya untuk segera menikah untuk menyalurkan kecendrungan kepada lawan jenis secara baik dan bertanggung jawab.

Pacaran: Sejuta Kerugian, Nol Manfaat



Kiblat saat ini sudah berubah. Kiblat yang saya maksudkan saat ini bukan kiblat untuk sholat, tetapi kiblat ideologi. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat khususnya di negara maju, maka secara tidak langsung berimbas terhadap pola pikir masyarakat negara berkembang bahwa negara tersebutlah yang dijadikan acuan secara mutlak. Tidak hanya untuk bidang teknologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, ataupun bidang lainnya, tetapi terhadap hal-yang batiniah yang terlahir dalam tampilan fisik, seperti cara berpakaian dan pergaulan antar lawan jenis. Pergaulan antar lawan jenis yang sangat ditonjolkan disini adalah budaya pacaran.

Dunia Itu Penjara Bagi Orang Mukmin Dan Surga Bagi Orang Kafir


ilustrasi-belenggu

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dunia itu penjara bagi orang mukmin dan Surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim no. 5256)

Imam an-Nawawi rahimahullahu ta’ala berkata, “Maksudnya, setiap mukmin itu terpenjara di dunia, karena dia dilarang mengikuti hawa nafsunya dan mengerjakan yang haram dan makruh, bahkan diwajibkan menaati perintah Allah jalla wa ‘ala yang merupakan perkara berat bagi dirinya, tetapi apabila dia telah meninggal dunia, hatinya tenang karena akan memperoleh imbalan dari Allah subhanahu wa ta’ala.” (Syarah Muslim 18/93)

Dikisahkan bahwa Imam Ibnu Hajar rahimahullahu ta’ala dulu adalah seorang hakim besar Mesir di masanya. Beliau jika pergi ke tempat kerjanya berangkat dengan naik kereta yang ditarik oleh kuda-kuda atau keledai- keledai dalam sebuah arak-arakan.

Pada suatu hari beliau dengan keretanya melewati seorang yahudi Mesir. Si yahudi itu adalah seorang penjual minyak. Sebagaimana kebiasaan tukang minyak, si yahudi itu pakaiannya kotor. Melihat arak-arakan itu, si yahudi itu menghadang dan menghentikannya.